Senin, 07 Juni 2021

Hidup di Jakarta

 

Jakarta merupakan pusat negara kita, Indonesia. Di Jakarta ini kita dapat menemukan bermacam hal dan kebutuhan dengan sangat mudah. Selain itu, di sini juga banyak sekali fasilitas umum dan kendaraan yang cukup lengkap. Sebagai ibukota negara, Jakarta juga merupakan kota terpadat di Indonesia. Banyak sekali orang-orang dari luar kota beradu nasib di kota ini. Berbicara soal pendidikan, tentu tidak perlu diragukan lagi. Mulai dari sekolah yang murah meriah dan sampai yang mahal pun tersedia. Tentunya banyak kelebihan pasti ada juga kekurangan tinggal tinggal di Jakarta. Pertama, polusi udara yang sangat buruk. Sebelum adanya pandemi ini saya terbiasa untuk menggunakan masker untuk menyaring debu dan partikel kecil supaya tidak masuk ke dalam pernapasan. Kedua, padatnya penduduk yang berlipat ganda dibandingkan kota-kota lain menjadikan kota ini berasa penuh seperti tidak ada ruang terbuka hijau ditambah saat musim hujan tiba, kemungkinan besar wilayah di Jakarta terlelap oleh genangan banjir. Ketiga, lalu lintas yang padat. Kesibukan orang-orang di ibukota memang tidak bisa diremehkan, Setiap pagi dan sore tak bisa dipungkiri bahwa jalan-jalan di Jakarta penuh dengan kendaraan transportasi. Keempat, harga bahan makanan dan kebutuhan pokok yang jauh lebih mahal. Contohnya saja kita dapat membeli sebungkus nasi goreng biasa dengan kisaran harga Rp13.000,00. Sedangkan di Yogyakarta mungkin saja bisa dengan harga yang jauh lebih murah. Meskipun demikian, mungkin ada baiknya untuk memikirkan dan mempertimbangkan matang-matang apabila ingin pindah dan tinggal di Jakarta.


Minggu, 02 Mei 2021

Writing Middle Test: Poems

 (Picture 2)

Day and night

Your sweat dives from your forehead

The exhaustion you get to keep me alive

Every second you take to work and feed me

Your shabby shirt

Crying in the middle of the night

In my dream

Thinking how tomorrow is gonna be

Sadness or happiness

No one knows

Just you and me

Dear mom


(Picture 3)

The wind breathes, the wave comes

The sun illuminates your surface like a shined pearl

Clouds play hide seek and seek above you

White milk sand wraps on you

Birds sing and write songs for you

I enjoy you

Standing under the trees on sunset

All problems on me gone

Brought by your waves


(Picture 4)

I will be there

I will be in your pocket

Be there when you need me the most

I’m here to make you satisfy and happy

Raise you from your tiring and boring days

No matter day and night, moon and sun


I’m here to protect you

Protect you either from contagious infections or pregnancy

Things you don’t wanna get and hate

Senin, 26 April 2021

Flash Fiction: Dia Bukan Ibu

Jay mengambil handuk di pintu kamarnya bergegas untuk mandi karena sudah malam.

“Jay, ibu ke pasar dulu ya. Ada pesanan untuk tahlilan besok,” ujar ibu kepada Jay yang sedang mandi.

Beberapa menit setelahnya, Jay menuju kamar untuk berganti pakaian. Tak lama setelah itu terdengar ketukan dari pintu depan.

“Iya sebentar,” sahut Jay.

“Oh ibu, kok cepet banget udah pulang? Belanjaannya mana?”

Ibu terdiam dan duduk di ruang tamu dengan tatapan kosong.

“Sebentar, Jay ambilkan air minum dulu”

Sesaat setelah mengambil air minum, Jay mengintip ibunya di balik dapur. Dia tiba-tiba berdiri dengan tatapan kosong dan jalan ke luar.

“Aaaaak...!!”

Betapa terkejutnya Jay saat melihat punggung belakang wanita itu bolong, berdarah, dan banyak hewan-hewan kecil yang menjijikan.

Flash Fiction: Kembali

Rumah kediaman Ronan telah sepi semenjak kematian anaknya, Ivy. Angin berhembus kencang dan daun-daun berjatuhan pertanda musim gugur telah tiba.

“Bukan maksud ku tidak mengikhlaskan, tapi aku yang rindu akan anak ku,” ujar Ronan sambil mengusap tetesan air yang jatuh dari matanya.

Di luar rumah bertiup angin yang sangat kencang dan cahaya yang terang-benderang mengisi seisi halaman rumah.

“tok tok tok.”

“Bu.. tolong buka kan pintu ini. Aku kembali,” suara anak kecil di balik pintu.

Saat membukakan pintu...

“Aaaaaak..!” teriak Ronan yang terkejut melihat Ivy anaknya yang telah dinyatakan meninggal dunia oleh pihak rumah sakit sekitar satu tahun lalu dalam kecelakaan kereta.

 

Kamis, 22 April 2021

Flash Fiction: Cinta Pertama di Musim Dingin

 Chris menghampiri Jini di halaman rumah.

“Aku sepertinya jatuh cinta, tapi aku takut menyatakan perasaan ku padanya,” ujar Chris.

“Kenapa malu?” tanya Jini, sahabatnya dari kelas 1 SMA.

“Kalo kamu malu kenapa tidak menemui dia saja saat salju turun pada malam pertama musim dingin kali ini?” lanjut Jini.

“Oke, aku akan menghampiri dia saat salju pertama turun nanti,” kata Chris.

 

2 hari berlalu, salju pertama pun turun di malam hari...

Chris mengetuk pintu rumah Jini.

“Aduh gimana ya Chris udah datang, aku harus dandan supaya makin cantik nih,” ujar Jini.

Jini keluar, membukakan pintu untuk Chris.

Chris bertanya. “Hai Jini, ada Kak Nara? Aku ingin bertemu dengannya.”

“Apa? Aku tak salah dengar? Bukankah kamu ingin menemui ku?”

“Iya, Kak Nara. Kakak mu. Aku ingin bertemu dengannya dan menyatakan cintaku padanya,” jawab Chris.

 

Flash Fiction: Kost Arin

 

Dimas baru saja sampai di kost barunya ini. Letaknya di tanjakan, di ujung jalan, dan jarang sekali dilewati oleh orang. Kostnya lembab, sempit, remang-remang, dan tidak ada sirkulasi udara yang baik.

“Tak apa tinggal di sini sementara, sambil menunggu gaji ku turun bulan depan dan aku akan pindah ke kost lain yang lebih bagus,” ujar Dimas.

“Ya gapapa nak, orang-orang di kost ini baik dan ramah kok,” saut ibu kost.

Dimas membersihkan kamar dan lanjut mandi.

Saat melewati dapur...

“Hey kamu anak baru, sebaiknya kamu hati-hati sama penghuni di kost ini. Saya muak, saya ingin segera pindah,” kata Farel.

Besoknya...

Pria berambut gondrong datang menghampiri Dimas di dapur.

“Ini, daging segar gratis. Ibu kost selalu mebuatkan daging ini untuk kami tiap minggu karena kami sudah dianggap seperti kelurganya sendiri.”

Dimas terdiam dan bergumam. “Kok warna merahnya beda ya tidak seperti daging hewan yang biasa aku makan.”

“Tak apa, jangan takut...”

Dimas langsung melahap dan memotong pembicaraan pria gondrong tersebut.

“Jangan takut. Kau ingat pria yang kemarin kau temui di dapur? Ya, itu dagingnya yang ibu kost mutilasi tadi sore,” lanjut pria gondrong.

 

Rabu, 21 April 2021

Flash Fiction: Wanita Bergaun Putih

Rina berjalan keluar kompleks menembus dinginnya Ciputat saat itu untuk mengambil orderan makanan. Tak lama saat menutup pagar rumah, dia berpas-pasan dengan wanita bergaun putih lusuh sambil berjalan menunduk ke bawah. “Ah, habis pulang pesta kenapa tidak berganti pakaian dulu sih. Ngagetin aja”, ujar Rina dalam hati sambil berpikir jernih.

 

Rina menyusul wanita tersebut karena dia takut akan cahaya remang kompleks malam itu yang remang-remang.

“Halo, mba. Orang baru di sini ya?”

Sambil menganggukan kepala, “Iya, hehe. Saya tinggal di rumah paling ujung, nomor 66.”

“Oh rumah itu. Akhirnya ada yang menempati ya, mba. Sudah 3 tahun rumah itu kosong tidak berpenghuni.”

“Mba mau kemana malam-malam seperti ini?” tanya Rina.

“Ini saya mau ambil pesanan makanan, orangnya menunggu di depan kompleks.”

“Kalau begitu bareng ya mba, saya juga pengen ambil makanan di sana. Tumben kompleks ini terasa sepi.”

Sesampainya di depan kompleks Rina segera mengambil dan membayar pesanan makanannya.

“Atas nama Kak Rina, ya?”

“Betul mas, ini uangnya.”

Saat ingin kembali ke rumah, Rina tersadar kalau dia berjalan pulang sendirian.

“Loh? Wanita itu kemana?”

 

Paginya saat Rina ingin bersiap pergi kuliah dia bertemu Pak Hansol, satpam kompleks.

“Mba Rina semalam pergi kemana sendirian?” tanya Pak Hansol.

“Hah? Sendirian? Saya jalan berdua sama seorang wanita, kok. Katanya baru pindah ke rumah di ujung kompleks, pak.”

“U..ujung kompleks? Maksud Mba Rina rumah nomor 66?” tanya Pak Hansol dengan suara gemetaran.

“Iya.”

“Mba, penghuni baru itu baru saja meninggal kemarin pagi. Tewas karena kecelakaan saat hendak pergi mengantarkan adiknya sekolah. Semalam saya juga ga melihat siapa-siapa, kok. Mba Rina jalan sendirian seperti sedang mengobrol dengan seseorang.”

 

 

 

 

Short Story: International Love Story

 

 


Hari pernikahan antara pasangan Indonesia dan Korea itu pun tiba. Tara, seorang wanita muda berusia 23 tahun asal Kota Bandung menikah dengan seorang pria berkewarganegaraan Korea Selatan, Jang Sang-Won atau biasa dipanggil Woni berusia 25 tahun. Pernikahan mereka digelar di Jakarta, di sebuah hotel mewah di Jakarta Pusat dengan menaburkan 2 kebudayaan sekaligus, Sunda dan Korea. Keluarga pihak mempelai pria menggunakan pakaian tradisional Korea, yaitu Hanbok. Sedangkan keluarga mempelai wanita menggunakan kebaya dan jas hitam nan rapih. Tepat setahun yang lalu Woni resmi menjadi mualaf, Tara pun semakin mantap untuk menjadikannya sebagai pasangan hidupnya. Lagipula keluarga Woni sama sekali tidak keberatan atas pilihannya menjadi seorang muslim tersebut. Sebelumnya, Tara dan Woni telah menjalin kasih selama 7 tahun. Ayah Woni yang tinggal di Korea memiliki perusahaan di Jakarta, Woni pun sering membantu usaha ayahnya sehingga ia selalu terbang dari Korea ke Jakarta dan sekalian bertemu dengan Tara juga. Mereka pertama kali berkenalan saat Tara menjadi penerjemah bahasa Korea di salah satu acara televisi di Indonesia. Saat itu ia sedang melakukan shooting di Kota Tua dan Woni merupakan salah satu pengisi acara tersebut. Sampai akhirnya mereka saling bertukar nomor Whatsapp dan tak lama setelah itu mereka berdua berkencan.

Hari pernikahan itu telah usai. Ayah, ibu, dan adik Woni harus pulang kembali ke Korea untuk menjalankan aktifitasnya masing-masing. Adik Woni pun juga harus bersiap-siap untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi di Korea yang tentu tidaklah mudah, apalagi ia mengincar Seoul National University yang merupakan perguruan tinggi negeri nomor 1 di Korea tersebut. Ayah dan ibu Tara pun juga harus pulang ke Bandung. Tara dan Woni tinggal di sebuah apartemen dekat kantor di mana Tara bekerja. Oh ya, supaya apartemen itu tidak terlalu sepi mereka juga membeli seekor kucing persia dengan perpaduan warna putih dan oranye bernama Simba.

Tara diberi titipan oleh Tuhan setelah 5 bulan pernikahannya. Ya, ia telah mengandung seorang bayi laki-laki. Mendengar berita tersebut tentu Woni terkejut karena mereka tidak merencanakan hal itu sebelumnya. Woni yang saat itu baru pulang kerja mendapatkan kejutan berupa test-pack Tara. Dia masih tak percaya akan diberi amanah secepat ini oleh Tuhan karena baru beberapa bulan mendapat gelar suami istri, namun tak berapa lama lagi akan menyandang status orangtua. Malam harinya mereka melakukan video call dengan keluarga di Bandung dan Korea. Betapa senang dan bahagianya mereka mendengar kabar baik tersebut.

Apartemen mereka tinggal bisa dibilang sempit dan cukup kecil dan maka dari itu mereka memutuskan untuk membeli rumah dekat kantor Woni, di Cibubur. Biasanya Woni membutuhkan waktu 2 jam dari tempat tinggal menuju kantornya menggunakan mobil, waktu yang cukup lama dan melelahkan. Esok paginya mereka ke bank untuk mengambil uang 1 miliar secara cash untuk melihat calon rumah dan juga belanja kebutuhan pokok. Rumah pertama berdesain modern, namun aura dan hawa yang ada di rumah tersebut sungguh tidak enak dan tidak nyaman. Taman belakangnya pun terkesan sangat kosong seperti tidak dirawat. Rumah kedua selanjutnya masih dihuni oleh sebuah keluarga sehingga terlihat lebih rapih dan nyaman dilihat. Rumahnya pun banyak jendela-jendela dan pintu belakang yang terbuat dari kaca sehingga sinar matahari bisa mengisi ruangan seisi rumah. Sayangnya lantai 2 rumah ini ada beberapa atap yang bocor, “Tak apalah, nanti bisa kami betulkan sendiri”, ujar Woni. Hati mereka pun berlabuh pada rumah kedua ini.

Hari kelahiran sang bayi pun tiba. Tara di ruang bersalin ditemani oleh Woni dan ibunya Tara, sayangnya orangtua di Korea tidak bisa hadir karena lain suatu hal. Woni senantiasa menemani istrinya dari awal sampai akhir. Sang bayi pun lahir ke dunia dengan keadaan sehat dan selamat, begitu pula Tara. Tetes haru jatuh dari mata mereka sembari mendengarkan nangis sang bayi. Tara dan Woni menamakan bayinya Jang Baek-Hyeon. Marga keluarga Jang diturunkan dari Woni, sedangkan Baek-Hyeon memiliki arti anak laki-laki pertama yang berharga dan berbudi pekerti. Mereka pun hidup dengan bahagia selamanya.

Jumat, 02 April 2021

Tugas Membuat Pantun

 Akbar Hidayatullah

11190260000134


Jalan-jalan ke raja ampat

Jalannya rapat-rapat

Hey kalian berempat

Jangan lupa solat Jum'at


Minggu depan ke kampung Inggris

Zaman sekarang harus bisa bahasa Inggris

Belajar nangis nangis

Tiba-tiba jadi anak sastra Inggris


Hari Senin ke dokter gigi

Bareng ari dan rafi

Kalo kuliah tiap hari

Harus pake pakaian rapih


Pulang dari rumah rahmat

Pada malam Jumat

Jangan lupa berhemat

Dan juga bersholawat


Punya teman namanya Farah

Rambutnya warna merah

Jadi manusia harus ramah

Dan jangan suka marah-marah 

Rabu, 24 Maret 2021

 Akbar Hidayatullah

11190260000134

Essay Writing - 4C


Blonde hair you have

Curly hair you used to have

Your ocean blue eyes

Looking in mine

Becomes a role model of mine


I never met you in a person

But I hope I could to

In my heart you won

I will always adore you

 

 

 

 

 


Minggu, 21 Maret 2021

The Story of Taylor Swift


 Siapa yang tidak mengenal penyanyi berkebangsaan Amerika Serikat, Taylor Swift? Mungkin hampir semua orang tahu siapa penyanyi legendaris ini apalagi generasi muda. Taylor lahir di Reading, Penssylvania pada 13 Desember 1989 sebagai anak pertama dari pasangan Scott Kingsley Swift dan Andrea Gardner Swift. Adiknya, Austin Kingsley Swift lahir pada 11 Maret 1992 merupakan seorang aktor.

Taylor mengawali karir musiknya sebagai penyanyi country dan sekarang dia sudah memiliki 9 (sembilan) album studio loh. Album-album miliknya bertajuk Taylor Swift (2006), Fearless (2008), Speak Now (2010), Red (2012), 1989 (2014), reputation (2017), Lover (2019), Folklore (2020), dan yang baru saja rilis di penghujung tahun 2020, Evermore. 4 (empat) album pertama Taylor merupakan album beraliran country, namun pada 2014 orang-orang dibuat tercengang karena Taylor membanting stir ke aliran pop dengan rilisnya album 1989 dengan lagu-lagu andalan seperti Blank Space, Shake It Off, dan Style.

Hampir semua lagu yang ditulis oleh Taylor merupakan hasil dari pengalaman pribadinya. Contohnya seperti lagu Dear John (2010) yang Taylor tulis untuk mantan pacarnya, John Mayer. Selain tentang kisah cintanya Taylor juga menulis lagu untuk sang ibu, The Best Day (2008) dan Soon You’ll Get Better (2019). Pada 2016 juga ada keributan antara Kim Kardashian dan Kanye West dengan Taylor Swift. Kejadian tersebut membuat Taylor dibenci oleh banyak orang dan juga sempat trending di Twitter. Saat itu, Taylor dijuluki sebagai snake oleh Kim, Kanye, dan orang-orang-orang. Setahun kemudian, Taylor kembali dengan merilis single pertama berjudul Look What You Made Me Do untuk abum reputation (2017). Musik video Look What You Made Me Do ini pun juga penuh dengan sejuta sindiran yang Taylor dedikasikan untuk orang-orang yang membencinya pada waktu itu. There is nothing she does better than revenge.

Saya pribadi telah mengaggumi Taylor Swift sejak berada di bangku SMA, namun sebelumnya saya juga sudah familiar dengan lagu-lagu lama miliknya seperti Back To December, White Horse, Red, We Are Never Ever Getting Back Together, dan masih banyak yang lain karena kakak saya sering memutar lagu-lagunya di rumah. Salah satu alasan mengapa saya menggemari sosok Taylor ini karena dia menyiptakan lagu-lagu berdasarkan pengalaman pribadinya yang ditulis dengan indah berirama seperti layaknya puisi. Walaupun saya tidak pernah mengalami apa yang Taylor alami di dalam lagu-lagunya, namun terkadangan saya bisa relate dengan tiap baris lirik yang dia tulis. Selain itu yang membuat saya cukup terkejut adalah saat saya mengetahui bahwa Taylor menulis dan memproduksi album ke-3-nya Speak Now sendirian tanpa bantuan dari orang lain.

Album dan single milik Taylor pun selalu saja laku di pasar musik internasional dengan jutaan kopi di seluruh dunia. Tak dipungkiri, atas segala karya musik yang Taylor ciptakan akhrinya dia dapat memenangkan nominasi Artist of the Decade pada ajang penghargaan American Music Awards 2019 dan yang terbaru ini pada 15 Maret 2021 dia memenangkan nominasi Album of The Year untuk album Folklore pada ajang Grammy Awards 2021.  


Hidup di Jakarta

  Jakarta merupakan pusat negara kita, Indonesia. Di Jakarta ini kita dapat menemukan bermacam hal dan kebutuhan dengan sangat mudah. Selain...